Dalam proses di tambang emas cairan kimia sianida dan
merkuri umumnya menjadi bahan utama dalam proses pemurnian emas. Otomatis pasca
pemurnian, residu proses pemurnian ini akan menjadi limbah sianida yang sering kali begitu saja mereka buang terutama
pada kasus pertambangan liar.
Limbah Sianida yang terbuang
begitu saja tanpa proses akan masuk dan meresap kedalam tanah dan air di
wilayah sekitar. Sianida mengandung toksik atau racun yang sangat berbahaya.
Pada batas ringan saja dapat menyebabkan penyakit kulit, terlebih pada paparan
yang banyak, memiliki resiko kematian. Secangkir kecil sianida menjadi cara Hittler untuk bunuh diri.
Sebenarnya cara paling efektif
buat mengamankan limbah sianida ini
adalah mengurangi kadar toksik didalamnya atau dalam bahasa kimia dikenal
istilah Degradasi. Tentu Anda pernah menemukan istilah reaksi kimia pada masa
SMA dulu. Sianida akan menjalani proses reaksi kimia dengan bahan kimia lain
dan kemudian akan membentuk senyawa kimia baru yang lebih aman bagi lingkungan
Yang jadi masalah seringnya
proses degradasi ini memakan biaya yang besar sehingga memberatkan para
penambang liar yang tentu memiliki keterbatasan modal. Karena mahalnya biaya
banyak penambang liar memilih untuk mengabaikan proses ini. Selain itu biasanya
para pengelola tambang emas liar ini kurang memahami bahaya dari racun limbah
sianida, yang bahkan juga dapat membahayakan diri mereka sendiri.
Seringnya
di tambang emas besar proses degradasi limbah
sianida ini menggunakan peralatan dan bahan bahan yang mahal dan kadang
cukup rumit Tambang emas besar membutuhkan sistem seperti ini karena memang
kuantitas limbah sianida dari pertambangan besar juga lebih banyak dan otomatis
tidak bisa mereka tangani dengan cara sederhana.
Namun hal ini tentu terkecuali
bagi penambang liar yang umumnya berproduksi secara kecil kecilan sehingga
limbah sianida mereka juga lebih sedikit. Maka operasi degradasi sianida bisa
menerapkan cara yang lebih ekonomis.
Secara garis besar degradasi limbah
sianida pada tambang emas bisa
dengan memakai 4 cara ekonomis ini :
- Proses reaksi kimia dengan senyawa kimia Natrium Hipoklorit atau kaporitGabungkan kedua bahan kimia ini dalam sebuah wadah dan diamkan beberapa saat, akan menghasilkan senyawa kimia baru nitrogen, karbonat dan klorida yang lebih aman
- Proses Filtrasi dengan zeolit atau chitosanZeolit adalah batuan dengan kemampuan menyerap racun. Jika Anda pernah melihat sistem penyaringan air pada aquarium dengan batuan sungai maka inilah pemanfaatan zeolit. Cara yang sama cukup efektif Anda pakai pada penyaringan sianida, batuan terbaik untuk fungsi ini adalah batuan gamping. Sedang Chitosan adalah limbah cangkang hewan laut yang ternyata merupakan bahan penyaring efektif atas racun. Anda dapat menjadikannya arang terlebih dulu, karena formula arang adalah bentuk lain dari karbon yang juga bersifat menghisap racun.
- Proses penyerapan oleh mikrobaCara ini cukup sederhana, siapkan wadah dan tempatkan limbah sianida anda bersama lumpur sungai dan limbah biota, biarkan beberapa bulan dan anda akan mendapatkan cairan limbah anda akan menurun konsentrasinya karena mikroba dari limbah biota tadi telah menyerap sianida pada wadah. Namun cara ini memakan waktu yang lebih lama
- Proses didih limbah sianidaAda beberapa kondisi ringan pendidihan cairan limbah sianida akan menurunkan kandungan toksik hingga 50%. Namun hal ini tetap beresiko karena sebenarnya toksik sianida sedang menjadi uap air yang artinya menyatu dengan udara sekitar. Sehingga pastikan proses pendidihan Limbah Sianida anda lakukan pada kawasan bebas penduduk supaya udara beracun ini tidak terhirup masyarakat.
Dengan cara-cara sederhana dan
ekonomis ini, para pelaku tambang emas liar dapat melakukan pemrosesan
lanjut atas limbah sianida mereka demi menjaga lingkungan hidup di masa akan
datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar